Selamat Datang Di Blog Iseng Kaum Kusam

Minggu, 23 Maret 2014

ASSESSMENT



PENGERTIAN ASSESSMENT
Assessment adalah proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait oleh asesor (Nietzel dkk, 1998). Assessment juga merupakan metode untuk mengidentifikasi kesamaan atau perbedaan individu berdasarkan karakteristik dan kapasitas personalnya (Weiner, 2003).
Assessment dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah informasi yang komprehensif yang tidak hanya berasal dari hasil tes psikologi akan tetapi juga melalui sumber lainnya seperti wawancara, observasi, atau dokumen pendukung. Meskipun terkadang sebagian orang awam melihat sebagai dua hal yang setara, assessment psikologis berbeda dengan pemberian tes. Jika pemberian tes psikologi memuat administrasi prosedur, administrasi, penyekoran dan interpretasi data, maka assessment psikologis menekankan proses identifikasi informasi individu atau masalah melalui berbagai macam sumber terintegrasi sehingga menampilkan informasi yang mendalam dan terfokus (Handler dan Clemence, 2003).
Assessment psikologi klinis adalah proses mengumpulkan informasi mengenai klien untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dirinya dan juga suatu proses mengumpulkan dan menginterpretasi informasi dari berbagai sumber yang digunakan    sebagai dasar untuk diagnosis atau proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah social dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, assessment klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibatnya, defisiensi dan gangguan yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.
Assessment psikologi klinis juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori pemfungsian dan disfungsi manusia. Namun  assessment berbeda dengan psikodiagnostika, Kalau psikodiagnostika adalah metode untuk menetapkan kelainan psikis dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara tepat sedangkan assessment psikologis adalah proses penilaian atau penaksiran dengan menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif agar dapat membuat keputusan yang tepat.
TUJUAN ASSESSMENT
·         Diagnostic Classification
Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat antara lain : Untuk menentukan jenis treatment yang tepat, untuk identifikasi gangguan psikologis. Suatu treatment sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996). Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan. Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).
·         Description
Didasarkan pada dimensi kepribadian (extraversion, stabilitas emosi dll), gambaran kepribadian(interaksi individu dengan lingkungan), dibuat dalam bentuk profile. Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu menyebabkan  assessment diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam assessment harus terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
·         Prediction
Digunakan untuk membuat prediksi tentang perilaku manusia, membantu seleksi, memprediksi bahaya dan dilakukan dalam program screeningserta mendapatkan informasi khusus tentang klien yg akan memfasilitasi pengambilan keputusan untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan assessment dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya, misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi klinisi tentang  “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban.
a.      True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya.
b.      True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya.
c.       False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya.
d.      False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.

PERAN PSIKOLOGI DALAM ASSESSMENT
o   Menyeleksi metode assessment yang digunakan
o   Melakukan proses assessment
o   Memeriksa & menginterpretasikan data yang didapat
o   Memberikan rangkuman kesimpulan yang relevan kepada klien
o   Mengkomunikasikan hasil assessment kepada profesional lain
METODE ASSESSMENT
ü  Wawancara : adalah alat dasar dalam assessment psikologi karena ketika melakukan tes psikologis & observasi jg dilakukan wawancara. Dan meskipun wawancara adalah proses vocal, tapi pewawancara harus memperhatikan pesan nonverbal yang ditampilkan klien. Tujuan wawancara bervariasi, tergantung pada konteks  secara umum : mendapatkan pemahaman pola karakteristik klien. Dan macam-macam wawancara adalah sebagai berikut: Wawancara mengenai status mental, Wawancara sosial-klinis, Wawancara yang difraksikan, Wawancara terstruktur (Utk mendptkan standarisasi dalam proses wawancara. Pewawancara menanyakan sejumlah pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya, menggunakan kata-kata standar dan cara bertanya sesuai urutan waktu. Misal : schedule for affective disorder & schizophrenia (SADS), and its lifetime version SADS-L).
ü  Tes Psikologis tertulis yang terstruktur : Tes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespon pertanyaan dengan cara yang terbatas. Tes terstruktur membutuhkan standarisasi yang hati-hati dan norma yang representatif.
ü  Tes tidak terstruktur/proyektif : Tes yang memberikan pertanyaan kepada klien dengan cara menjawab yang memberikan keleluasaan lebih besar, misalnya Thematic Apperception Test (TAT) atau Rorschah Inkblot-tes.
ü  Behavioral Assessment : Observasi ini merupakan observasi sistematik yang dilakukan dalam laboratorium, di klinik,kelas ataupun dalam perilaku sehari-hari. Tujuannya untuk mendapatkan sampel perilaku dan didesain untuk menjelaskan pola perilaku klien dalam kehidupan nyata & efek lingkungan terhadap pola perilaku yg dimunculkannya.
ü  Kunjungan Rumah : Kunjungan rumah dimaksudkan untuk memahami kehidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien.
ü  Catatan Kehidupan : Psikologi sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini.
ü  Dokumen Pribadi : Catatan atau dokumen pribadi penting untuk mengetahui motif utama klien, maupun hal-hal yang disembunyikan, penyangkalan, hambatan, dan kesulitan klien dalam membicarakan permasalahannya.
ü  Pemfungsian Psikofisiologis : Hubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat. Tekanan darah, misalnya, sering berhubungan dengan adanya kecemasan dan juga merupakan reaksi atas tekanan-tekanan psikologis
TARGET ASSESSMENT
§  Disfungsi klien : memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam segi pikiran, perasaan, perilaku.
§  Kekuatan klien : kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi.
§  Mengevaluasi & menggambarkan kepribadian klien
§  Lingkungan sosial & dampaknya bagi klien
§  Fungsi analisa : evaluasi perubahan perilaku yang berasal dari situasi kehidupan khusus, misalnya pola makan.
PROSES ASSESSMENT
Inti assessment adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.


 



    I                                   II                                    III                                                IV

I.   Planning Data Collection Procedures

Apa yang ingin kita diketahui ?
Usaha-usaha atau penekanan assessment yang dilakukan dan disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan assessment berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.
Tingkat Assessment dan Data yang Berkaitan:
*      Somatis : Golongan darah, pola respon somatis terhadap stress, fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb.
*      Fisik : Berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb.
*      Demografis : Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb.
*      Overt behavior : Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb.
*      Kognitif/intelektual : Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb.
*      Emosi/afeksi : Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb.
*      Lingkungan : Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi dsb.

Pedoman Studi Kasus:

v  Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, suku bangsa.
v  Alasan kedatangan, keluhan dan harapan-harapan klien.
v  Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb.
v  Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga yang dekat dengan klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb.
v  Ingatan awal: mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal kehidupannya.
v  Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara, permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb.
v  Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb.
v  Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati, prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb.
v  Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam menghadapi pekerjaan, dsb.
v  Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb.
v  Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam pemuasan kebutuhan seksual, dsb.
v  Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam rumah tangga, dsb.
v  Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi : tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb.
v  Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan ide.
v  Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting, dsb.
v  Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb.
v  Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien.

Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan yaitu:
Ø  Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego, perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense mechanism.
Ø  Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya.
Ø  Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau mempersepsi dunia.

II. Collecting Assessment Data
Bagaimana seharusnya kita mencari tahu tentang hal itu ?
Sumber Assessment Data ada empat macam yaitu : interview, tes, observasi dan life record.
1.  Interview : merupakan dasar dalam assessment dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview antara lain:
a.       Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b.      Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun juga.
c.       Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses asesmen.

Perlu di ingat bahwa interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer,  karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.

2. Tes : seperti interview tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses assessment berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

3.      Observasi : yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam assessmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a.       Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti  masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
b.      Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul.
c.       Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d.      Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.

4.      Life record : assessment yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya ,”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum  informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.

III.  Processing assessment Data
Bagaimana seharusnya data-data tersebut dikombinasikan ?
Bagaimana asesor dapat meminimalkan bias selama interpretasi data ?
         Didasarkan pada teori apa yang akan digunakan : psikoanalisa, behavioral atau fenomenologi. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya dalam assessment adalah menentukan arti dari data tersebut. Jika informasi tersebut sekiranya berguna dalam pancapaian tujuan assessment, maka informasi itu akan dipindahkan dari data kasar menjadi format interpretatif. Langkah tersebut biasanya disebut pemrosesan data assessment atau clinical judgment
          Klinisi cenderung melihat data asesmen melalui tiga cara yaitu : sebagai sampel, korelasi atau tanda (sign). Contoh : Seorang laki-laki menelan 20 tablet obat penenang sebelum tidur tadi malam di sebuah hotel, tapi berhasil diselamatkan oleh petugas kebersihan yang akhirnya membawanya ke RS.


1.      Data  dilihat sebagai sampel dari perilaku klien. Kemungkinan judgment :
·         Klien mempunyai cara potensial untuk melakukan pembunuhan secara medis
·         Klien tidak ingin diselamatkan sebab tidak ada seorangpun yang tahu tentang usaha bunuh diri tersebut sebelum hal itu terjadi.
·         Dalam situasi yang sama, klien mungkin akan mencoba bunuh diri lagi.
Disini dapat dilihat, bahwa data berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai contoh dari apa yang dilakukan klien dalam situasi seperti itu. Tidak ada usaha untuk mengetahui mengapa dia mencoba bunuh diri. Jika dilihat sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat rendah. Teori yang mendasarinya adalah behavioral.

2.      Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup klien. Kemungkinan:
·         Klien sepertinya seorang lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai dan mengalami kesepian.
·         Klien saat itu mungkin mengalami depresi.
·         Klien kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan keluarganya.

Ada kombinasi antara : 1). Fakta tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan klinisi tentang apa yang sekiranya dapat dikorelasikan dengan perilaku klien. Disini kesimpulan yang diambil berada pada tingkat yang lebih tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data pendukung yang ada di luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia, jenis kelamin, dukungan sosial, dan depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap hubungan antar variabel, maka kesimpulan yang di dapat semakin akurat. Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.
3.      Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang masih kurang jelas. Kemungkinan judgment :
·         Dorongan agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
·         Perilaku klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
·         Perilaku minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang tidak disadarinya.
Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari pendekatan ini adalah psikoanalisa atau fenomenologi.

IV.  Communicating Assessment Data
 Siapa yang akan diberi laporan asesmen dan tujuannya apa ?
 Bagaimanakah assessment akan mempengaruhi klien yang di ases ?
Hasil dari assessment biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan assessment.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan assessment yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.
1.      Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
2.      Relevan dengan tujuan
Laporan assessment harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal assessment. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.

3.      Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah. Misalnya klinisi menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi, tapi data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali ditahan karena kasus kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu hal penting lainnya dari klien.

OUTLINE ASSESSMENT DATA
1.      Psikoanalisa
o   Konflik : persepsi diri, tujuan, frustrasi, hubungan interpersonal, persepsi lingkungan, dorongan, dinamika dan kontrol emosi.
o   Nilai stimulus sosial : kemampuan kognitif, faktor konatif, tujuan dan peran sosial.
o   Fungsi kognitif : penurunan dan psikopatologi.
o   Defenses : represi, rasionalisasi, regresi, fantasi dsb.


2.      Fenomenologi : pendekatan subjektif dan cenderung mengikuti format umum assessment.
Ø  Klien dari sudut pandang sendiri
Ø   Klien seperti yang direfleksikan dalam tes
Ø  Klien seperti yang dilihat klinisi

3.   Cognitive-Behavioral
v  Deskripsi tentang penampilan fisik dan perilaku selama assessment.
v  Permasalahan meliputi : masalah saat ini, latar belakang masalah, situasi tertentu yang menentukan masalah dan variabel yang relevan (sspek fisiologis, pengaruh medis dan aspek kognitif yang menentukan masalah). Dimensi masalah  (durasi, frekuensi dan keseriusan masalah), dan konsekuensi masalah (positif atau negatif).
v  Masalah yang lain (diobservasi oleh asesor, tidak dinyatakan oleh klien).
v  Aset individu.
v  Target perubahan.
v  Treatment yang direkomendasikan.
v  Motivasi klien untuk treatment
v  Prognosis.
v  Prioritas treatment.
v  Harapan klien : penyelesaian masalah yang spesifik maupun pada treatment secara umum.
v  Komentar lain.

Demikian sedikit uraian tentang assessment dalam psikologi klinis yang dapat kami tulis dari berbagai sumber. Mohon maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga bermanfaat Amien...
























DAFTAR PUSTAKA

Kendall, P.C. & Norton-Ford, J.D. 1982. Clinical Psychology : Scientific and Professional Dimensions. Toronto : John Wiley and Sons, Inc
Baihaqi, Mif dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan). Refika Aditama: Bandung
Tristiadi, Ardi A dkk. 2007. Psikologi Klinis. Graha Ilmu: Yogyakarta
Wiramihardja, Sutardo. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Refika Aditama: Bandung
Sulistyarini, Rr. I.R. Tanpa tahun. Hand Out Psikologi Klinis & Abnormal. Prodi Psikologi UII: Yogyakarta
“Pengantar Assessment Psikologi Klinis oleh Rizky” diunduh 1 juli 2011 pukul 19.00 WIB dari http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengantar-assessment-psikologis
“Artikel Psikologi Klinis oleh Lukman Firdaus” diunduh 1 juli 2011 pukul 19.15 WIB dari http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/03/psikologi-klinis.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Terakhir

Daftar Isi