Artikel tentang " Tes Grafis: Sejarah & Perkembangannya" ini merupakan tugas dari dosen menjelang UAS semester genap tahun 2012 lalu. Tidak terlalu lengkap memang, tapi paling tidak bisa berbagi dengan mahasiswa-mahasiswa baru yang sedang pusing mencari referensi tentang Tes Grafis. Semoga bermanfaat. :)
SEJARAH
TES GRAFIS
Di masa lalu,
minat klinis terhadap gambar-gambar berkisar sekitar persoalan teoritik
mengenai hubungan genius dan gila dan kemiripan karya seni orang gila dengan
karya seni yang dihasilkan oleh orang primitif dan anak-anak. Dari kepustakaan
terbukti adanya usaha-usaha untuk mengklarifikasikan ciri-ciri gambar sesuai
dengan kelompok-kelompok psikiatris. Tetapi kelompok-kelompok deskriptif ini
sedemikian kaburnya dan tumpang tindih sehingga Anastasi dan
Foley dalam penelitian kepustakaan yang melelahkan ini terpaksa menarik kesimpulan bahwa diferensiasi-diferensiasi melalui gambar-gambar hanya dapat dilakukan pada mereka dengan gangguan mental berat dan hanya dengan individu-individu yang menghasilkan gambar-gambar yang menakjubkan dan aneh. Apabila gambar-gambar terbatas untuk dapat dibedakan maka gambar-gambar ini tidak akan dapat membantu diagnosis.
Foley dalam penelitian kepustakaan yang melelahkan ini terpaksa menarik kesimpulan bahwa diferensiasi-diferensiasi melalui gambar-gambar hanya dapat dilakukan pada mereka dengan gangguan mental berat dan hanya dengan individu-individu yang menghasilkan gambar-gambar yang menakjubkan dan aneh. Apabila gambar-gambar terbatas untuk dapat dibedakan maka gambar-gambar ini tidak akan dapat membantu diagnosis.
Antusiasme
untuk membuka rahasia yang ada pada gambar, yaitu membuka rahasia yang tidak
dapat dilakukan metode-metode penelitian yang lainnya telah dinyatakan berulang
kali oleh banyak ahli yang bekerja di bidang klinis. Akan tetapi antusiasme ini
tidak meluas kearah konstruksi prinsip-prinsip intepretasi yang dapat mencakup
seluruh penyebaran analisis kepribadian. Minat terhadap kemungkinan-kemungkinan
yang ditawarkan ekspresi grafis untuk mengerti kepribadian meningkat semenjak
itu.
Para ahli klinis
mengumpulkan gambar-gambar tetapi pelaksanaan analisis gambar itu sendiri
terbatas pada penjelasan masalah-masalah khusus pada kasus–kasus individual,
mempertimbangkan ciri-ciri formal atau struktural dan menghitung ciri-ciri yang
khas yang ada pada kelompok-kelompok tertentu. Gambar-gambar sebagai suatu alat
analisis kepribadian yang komprehensif haruslah berkembang dari studi dan
pengertian mengenai kepribadian individu maupun dari analisis ciri-ciri
kelompok dan dapat ditelusuri kembali pada suatu rasional yang mantap dan
mendasar. Penerapan dan penggunaan tes grafis adalah untuk membantu
diagnosa, keperluan seleksi, dan keperuan klinis, dan dilaksanakan secara
klasikal/masal
ASAL USUL METODE
Prinsip-prinsip analisis
sementara yang dikemukakan dalam bahasan ini mempunyai perkembangan empirik
terutama dalam variasi yang luas dari materi klinis yang didapatkan dari
klinik-klinik dan rumah sakit jiwa selama kurang dari 15 tahun. Pendorong dan
fokus utama dari penelitian ini lebih berkisar sekitar penyempurnaan teknik
menggambar sebagai suatu alat khusus untuk analisis kepribadian dari pada
sekitar hipotesis teoritik tertentu. Pada saat melakukan tes “Draw a Man” dari
goodenough untuk mencari I.Q didapatkan bahwa suatu studi yang teliti terhadap
gambar-gambar inividu seringkali memberikan materi tingkatan intelektual
subjek. Anak-anak dengan usia mental yang sama sering menghasilkan gambar yang
sangat berlainan. Disamping itu sudah biasa bahwa anak-anak yang tidak bicara
serta mereka yang mempunyai hambatan sosial, menyambut baik kesempatan untuk
melepaskan fantasi-fantasi, anxieties dan perasaan-perasaan bersalah mereka
pada figur-figur yang impersonal dan sama sekali tidak terganggu oleh
transparasi yang membuat samar potret diri mereka.
Komunikasi grafis anak-anak
ternyata mempunyai nilai klinis sehingga gambar-gambar figur manusia segera
dimasukkan dalam prosedur klinis yang rutin dan diperluas ke gambar-gambar yang
dibuat orang dewasa. Pengalaman lebih lanjut dengan teknik ini menunjukkan
bahwa sifat malu/takut lebih merupakan proyeksi dari kekauan si pemeriksa.
Kelincahan dan kelancaran elaborasi tematik yang dikemukakan banyak orang
dewasa yang berpengalaman sangat berbeda dengan kemiskinan gambar dan
ketegangan yang dihasilkan. Jelaslah dan bahwa pola-pola verbal adalah simbolis
tidak langsung dan lebih mudah dipengaruhi manipulasi kesadaran daripada
proyeksi grafis. Gambar-gambar individu telah diteliti secra intensif dengan
asosiasi-asosiasi yang diperiksaa subyek, ditambah dengan data klinis yang
relevan. Atas dasar studi ini, formulasi-formulasi dan penjelasan
prinsip-prinsip intepretasi produk grafis telah dikembangkan.
Dalam buku “ Proyeksi
Kepribadian melalui Gambar Figur orang “, Machover berusaha menggariskan suatu
metode analisa kepribadian berdasarkan intepretasi gambar-gambar figur orang.
Telah diketahui bahwa individu memperlihatkan aspek-aspek penting dari
kepribadian mereka dalam gambar-gambar. Apa yang dirasakan kurang dalam taraf
sistematisasi analisa suatu produk grafis yang komperhensif, dapat
dikonsumsikan dan juga tidak berat sebelah dalam menggambarkan kerumitan
kepribadian.
DASAR PERTIMBANGAN TEORITIK
- FENOMENA PROYEKSI
Kita mengetahui bahwa
kepribadian tidak berkembangan dalam suatu waktu vacum, tetapi melalui gerakan,
perasaan dan memikirkan suatu badan khusus. Metode-metode proyektif yang
menjelajahi motivasi-motivasi telah berulang kali membuka
determinan-determinan ekspresi diri yang sangat tertutup mungkin tidak disadari
dan yang tidak akan dimanisfestasikan dalam komunikasi langsung. Kita dapat
membuat asumsi dengan aman bahwa semua kegiatan kreatif mempunyai cap khusus
dari konflik-koflik dan kebutuhan-kebutuhan yang menekan individu yang sedang
berkreasi. Kegiatan yang timbul sebagai respon untuk mengambar orang, pohon,
ataupun penyambungan antara pohon, orang, dan rumah merupakan suatu pengalama
kreatif yang akan dibuktikan oleh individu yang menggambar. Banyaknya
pengalaman kerja dengan gambar-gambar figur diatas membuktikan adanya suatu
hubungan erat antara figur yang digambar dengan kepribadian individu yang
membuat gambar itu.
- KEMANTAPAN PROYEKSI
Sejauh mana suatu gambar disebut
representatif??aspek dari gambar yang jelas dan tidak berubah-ubah berhubungan
dengan struktur dasar kepribadian individu dan aspek mana yang merupakan subjek
dari kontrol yang disadari dan variabilitas?pada waktu meneliti gambar-gambar
yang didapatkan dalam suatu jangka waktu tertentu, telah dilihat bahwa aspek-aspek
struktural dan formal dari gambar orang seperti ukuran, garisan dan penempatan
tidak banyak bervariasi dibandingkan dengan isi, seperti detail-detail tubuh,
pakaian dan aksesoris. Besar kecilnya figur yang digambar, penempatan figur,
garis-garis panjang bersambung atau pendek, sikap agresif dari figur, keluesan
atau kekakuan figur, proporsi-proporsi penting dari tubuh, adanya kompulsi
simetris, adanya kecenderungan ketidaklengkapan, hapusan, bayangan ( shading )
merupakan ciri yang bertahan pada struktur kepribadian. Kadang-kadang,
gambar-gambar yang dihasilkan klien yang diperoleh selama beberapa tahun sangat
serupa seperti hanya tanda tangan yang tidak berubah-ubah. Stabilitas proyeksi
telah diuji coba dengan eksperimen yang dirancang untuk membuat validasi
kesan-kesan yang diperoleh melalui penggunaan klinis metode ini.
Tes grafis adalah bagian dari tes
proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada abad 20
permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi
grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan
manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti
Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan mental
mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan assessment klinis terhadap para
pasiennya. Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough,
Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya
terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif
untuk mengungkap proyeksi dari grafis.
Dengan berbagai aliran
pencabangan mengenai tes grafis ini, kami hanya akan menerangkan alur utama
mengenai tes grafis dan klasifikasi dasar mengenai grafologi tersebut. Adapun
tipe utama tes grafis ini adalah:
- Tes Draw A Man
- Tes menggambar pohon
- Tes analisa tulisan tangan
- Tes Wartegg
Tes Draw A Man (Menggambar Orang)
Ada dua jenis utama tes grafis
menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari teori
machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa
sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar
atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan
coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
Pada versi goodenough testee
diminta untuk menggambar 1 figur manusia dan dinilai dalam 53 aspek. Penilaian
sangat sederhana, apabila aspek tersebut muncul maka diberi nilai 1, apabila
tidak muncul diberi nilai 0. Nilai tersebut dikonversikan ke norma sesuai usia
dan menghasilkan nilai IQ. Sementara pada revisinya oleh Harris menjadi tes
Goodenough-Harris, individu diminta menggambar 3 gambar yaitu : laki-laki,
perempuan dan gambar dirinya sendiri. Aspek yang dinilai direvisi menjadi
berjumlah 73. Tes tersebut pun dikonversikan ke nilai normatif sesuai usia. Tes
ini seringkali dipakai untuk melihat perkembangan mental anak (pada versi
harris dapat pula mengukur IQ remaja dengan aspek yang ditambahkan) dan sangat
mudah digunakan dibandingkan menggunakan tes Binet atau tes Weschler.
Sedangkan aliran dari teori
Machover (dan tes ini seringkali dipakai di Indonesia untuk seleksi) lebih
mengungkap kondisi psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover berasumsi
individu menggambar orang adalah merupakan cerminan atau persepsi diri dengan
berbagai atribut yang melatarbelakangi. Proses perkembangan goresan dari 2
tahun sampai 6 tahun, figur manusia yang digambarkan karena didasarkan dari
asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia
dan semenjak dini individu sudah seringkali menggambar orang dibandingkan
menggambar bentuk atau objek lain
Goodenough-Harris
Menurut Goodenough, gambaran
anak kecil berhubungan erat antara konsep perkembangan mental dan kemampuan
intelegensi secara umum. Goresan atau coretan anak lebih menunjukkan suatu
ekspresi diri daripada bentuk keindahan, gambar yang dibuat cenderung apa yang
diketahui dan bukan apa yang dilihat. Bentuk atau pola yang ditonjolkan
merupakan ekspresi diri terhadap apa yang penting. Dasar-dasar tersebut
merupakan landasan dari perkembangan intelegensi dan mental anak yang dapat
diamati mengacu pada standar normatif yang harus dibuat. Selanjutnya Dale B
Harris merevisi bukannya mengubah skala goodenough dalam memberikan penilaian
terhadap bobot proyeksi tes untuk menguatkan aspek-aspek penting yang belum
selesai dikembangkan oleh goodenough. Skala-skala penting yang ditambahkan oleh
harris termasuk dalam tema yang dapat diamati pada fase remaja, penambahan item
(menjadi 73) dan menambah kekuatan tes melalui proyeksi diri.
Skala-skala tersebut adalah:
- Kepala (skala 1)
- Leher (skala 2)
- Leher dua dimens i(skala 3)
- Mata(skala 4)
- Detail mata; alis atau bulu mata (skala 5)
- Detail mata; pupil (skala 6)
- Detail mata; lekukan mata (skala 7)
- Hidung (skala 8 )
- Hidung, dua dimensi (skala 9)
- Mulut(skala 10)
- dst… sampai pada item “pergerakan tangan”(skala 72), “pergerakan lengan”(skala 73).
Versi Machover
Pada versi ini DAP (draw a person) merupakan
cerminan atau persepsi diri. Banyak aspek yang dapat diintepretasikan dari
hasil coretan, baik berupa cara menggambar, posisi gambar, ruang yang dipakai,
gerak maupun bentuk gambar.
Ruang: Posisi figur ditempatkan di bagian atas,
bawah, kanan atau kiri kertas.
Gerak: Arah coretan alat tulis membentuk figur. Ini mencakup
intensitas coretan, tekanan garis dan bayang atau arsir objek yang tergambar.
Bentuk: Seberapa berkualitas proporsi figur
yang digambar, detil, penyimpangan objek dan penggabungan berbagai objek dalam
satu kesatuan objek manusia.
Fungsi lain yang perlu diperhatikan adalah
penekanan bagian dari objek, apakah tangan, hidung, leher, aksesoris,
pengulangan objek, model arsir dan penebalan pada bagian-bagian tertentu.
Hilangnya bagian dari objek misalkan tangan pun dapat menjadikan informasi
penting yang harus dicermati. Penekanan dianggap sebagai konflik, atau opini
lain menyatakan sebagai perhatian penting pada situasi saat itu.
Hampir semua peneliti sepakat mengenai ukuran
dari figur gambar, bahwa figur gambar yang proporsional menunjukkan refleksi
langsung dari penilaian diri subjek, sehingga gambar yang terlalu besar
menunjukkan agresi atau dominasi sedangkan figur yang terlalu kecil terkait
erat dengan ketidakpercayaan diri, rasa rendah diri dengan lingkungan sosial.
Perlu diingat, representasi gambar terlalu besar bukan aktualitas dari
keinginan dominasi atau agresi semata karena ada faktor tidak adekuat yang
muncul yaitu kompensasi dari rendah diri.
Kepala
Dalam psikoanalisa kepala dapat diartikan
sebagai super-ego, pusat dari kendali diri terhadap aturan baik religi, sosial,
keluarga termasuk aturan formal sebagai orang berwarga negara. Simbolisasi
kepala penting untuk melihat bagaimana individu menghadapi lingkungan sekitar
yang kompleks dan cara membawa diri terhadap lingkungannya.
Kepala dianggap sebagai simbol intelektualitas,
fantasi, pusat dari dorongan utama subjek terhadap berbagai konstruk emosi,
kebutuhan bersosialisasi atau cara berkomunikasi dan kematangan individu
terhadap situasi sosial. Kepala merupakan figur sentral dorongan utama terhadap
kebutuhan subjek terhadap eksistensi diri. Dapat dikatakan apabila orang yang
menarik diri dari sosial cenderung mengabaikan bagian dari kepala. Analisa kepala
sebaiknya lebih diperdalam terhadap bagian-bagian dari kepala. Misalkan
menonjolnya hidung sampai tidak proporsional dapat dikatakan sebagai simptom
grande atau waham grande. Penguatan di mata dapat disimbolkan sebagai orang
yang mencoba mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar. Bibir yang
tebal atau penekanan pada bibir merupakan simbolisasi kebutuhan berkomunikasi
atau keinginan untuk menonjol di lingkungan sekitarnya. Orang yang cenderung
menutup diri, dibatasi oleh lingkungan akan mengabaikan aspek detil dari gambar
kepala ini. Perlu diingat representasi hidung dan mulut adalah fase
perkembangan awal pada tahap oral dan anal. Ketidakadekuatan hidung dan mulut
juga dapat diartikan kecemasan karena pada fase akhir oral dan anal ini individu
sudah mulai mengenal rasa cemas yang mendasar.
Leher
Leher berarti penghubung antara super-ego
dengan dengan kesadaran diri termasuk dorongan naluri (id). Kekuatan pada leher
dapat diartikan subjek memiliki perhatian besar terhadap kontrol diri antara
super-ego dan tuntutan keadaan diri yang disadari. Dapat diartikan penekanan
pada leher merupakan simbolisasi subjek merasa cemas atau terkekang terhadap
hal-hal tertentu yang belum diselesaikan. Apa yang dicemaskan perlu dihubungkan
dengan objek-objek lain dari keseluruhan gambar.
Badan
Kesadaran diri yang kompleks tertuang dalam
asosiasi pada badan atau tubuh bagian tengah. Banyak sekali simbol coretan yang
dapat diintepretasikan dan merupakan sumber informasi penting yang harus banyak
digali. Varian dari bentuk badan adalah paling banyak dibandingkan objek lain,
karena dalam gambar badan memiliki anggota tubuh yang dapat digambarkan lebih
banyak termasuk berbagai aksesoris yang mungkin ikut digambarkan. Representasi
dari badan adalah pusat kesadaran diri (awareness). Anda dapat perhatikan
coretan anak dengan coretan remaja awal, dimana anak tidak terlalu
memperhatikan bentuk badan karena kesadaran diri tidak sekompleks coretan
remaja awal yang sudah memiliki kebutuhan lebih banyak. Coretan anak sangat
simpel dapat berbentuk kotak, oval atau lonjong dengan bentuk sederhana. Pada
coretan subjek yang lebih dewasa akan lebih memperhatikan beragam aksesoris
dari kancing baju, saku, sabuk sampai dasi. Beragam kebutuhan tercermin dari
aksesoris yang digambarkan, misalkan dasi merupakan simbolisasi subjek ingin
sukses dalam bekerja atau menampilkan status sosial lebih tinggi dibandingkan
keberadaan saat ini. Contoh lain misal cincin, jam atau kalung/gelang merupakan
asosiasi kebutuhan akan harta. Sekali lagi perhatikan kemenonjolan dari
objek-objek tersebut. Bahu… merupakan simbol kekuatan fisik.
Penguatan pada bahu merupakan asosiasi dari kebiasaan subjek melakukan kegiatan
fisik atau dorongan subjek untuk melakukan intensitas fisik yang tinggi.
Ketiadaan bahu atau kecilnya bahu merupakan penghindaran aktivitas fisik
subjek. Intepretasi lebih mendalam lagi dan perlu didukung sumber data lain
bahwa ketiadaan bahu dapat berupa terjadinya gejala schizophrenic atau gangguan
otak. Intepretasi lain menyebutkan ketiadaan bahu berarti adanya
ketidakberdayaan subjek terhadap hal-hal tertentu terkait dengan kondisi fisik.
Lengan dan tangan… mudah mengintepretasikan objek lengan dan
tangan ini. Tangan merupakan bagian tubuh yang sering sekali digunakan subjek
untuk berkomunikasi non-verbal. Ada dua dikotomi terhadap lengan dan tangan,
yaitu keterbukaan atau ketertutupan. Keterbukaan lengan dan tangan berarti
kemampuan subjek menghadapi lingkungan sekitar dan ketertutupan lengan dan
tangan merupakan penolakan atau keengganan subjek terhadap lingkungan/sosial.
Tangan yang menunjukkan aktivitas gerak atau memegang objek lain misalkan
cangkul atau palu dapat diartikan beragam. Perhatikan berbagai gabungan objek
untuk melakukan intepretasi ini. Apabila aktivitas gerak cukup sesuai dapat menunjukkan
keaktifan subjek terhadap sosial atau ringan tangan, mudah membantu. Apabila
aktivitas tangan dengan memegang benda tertentu dan terjadi penguatan pada
benda tersebut dapat diintepretasikan lebih ekstrim yaitu dorongan subjek untuk
dapat menguasai atau dominansi sosial. Kepalan tangan dapat berupa dendam atau
dorongan kuat untuk menyelesaikan sesuatu. Tangan yang disembunyikan atau
disimpan dalam saku dapat diartikan ketertutupan/introversi dapat pula
diartikan sebagai situasi konflik. Subjek memiliki sisi gelap (atau rasa
minder) dengan tangan tersebut sehingga perlu disembunyikan.
Kaki dan Tungkai
Kaki adalah simbolisasi pergerakan, kestabilan,
kekuatan subjek dalam membawa diri terhadap lingkungan sekitar. Ketiadaan
tungkai atau kaki menunjukkan situasi subjek tidak aman atau nyaman dengan
kondisi saat ini. Kaki dengan aktivitas misal berjalan atau meloncat berarti
subjek memiliki mobilitas tinggi atau dorongan untuk berubah terhadap beragam
situasi, subjek mudah jenuh terhadap situasi rutin. Menonjolnya kaki berarti
kestabilan atau kemantapan diri terhadap situasi lingkungan sekitar.
Bagaimana dengan stick-man?? Selama 3 tahun melakukan tes
grafis pengalaman kami hanya menemukan 2 kasus adanya gambar berupa stick-man,
yang berarti 0,00 sekian persen muncul figur stick-man ini. Intepretasi dari
stick-man yang paling mudah adalah regresi atau ketidakmatangan perkembangan
mental tertentu. Subjek tidak mau terbebani secara sosial dengan menginginkan
situasi nyaman dan aman layaknya seorang anak tanpa ada beban sosial.
Menggunakan bahasa Freud, subjek mengalami fase rigid atau immature dan ingin
kembali pada fase awal perkembangan mental yaitu pada fase oral. Tidak adanya
representasi super-ego dan ego menjadikan subjek membuat figur dasar berupa coretan-coretan
yang merepresentasikan id.
Catatan lain mengenai DAP ini adalah mengenai
jenis kelamin yang digambarkan. Jangan sekali-kali langsung memberi judgment
apabila subjek laki-laki menggambar figur perempuan karena adanya dorongan
seksualitas yang tinggi. Gambar beda gender memiliki banyak arti dalam
psikoanalisa dan yang utama adalah disebabkan oleh peran orang tua. Bila subjek
laki-laki menggambar figur perempuan dapat diartikan hilangnya figur ayah
menjadikan figur ibu sangat kuat dalam benaknya dan kurang diimbangi dengan
figur ayah. Kekosongan figur tersebut dapat menjadikan subjek merepresikan
identitas diri dan diproyeksikan kepada figur orang lain yang lebih erat.
Sehingga intepretasi mengenai dorongan seksual yang tinggi bukan sebab utama karena
dalam hal ini subjek mencari figur lain yang kosong dan subjek berharap dapat
memuaskan kekosongan figur tersebut.
Menggambar Pohon
Sebelum melakukan interpretasi gambar pohon
sekiranya harus diperhatikan usia dan latar belakang subjek. Kematangan usia menentukan
bentuk objek yang digambarkan dan latar belakang subjek cenderung berpengaruh
dengan jenis pohon yang digambar. Apabila kita melakukan tes di daerah Blora
misalkan, banyak peserta menggambar pohon jati karena pohon jati hampir ada
dimana-mana dan secara tidak sadar subjek sudah merekam pohon jati dari awal
perkembangan hidupnya. Perihal usia, observasi gambar apakah kematangan atau
isi dari objek sesuai dengan kelompok usia atau munculnya hambatan atau
retardasi dari kualitas gambar tersebut.
Aspek awal yang diperhatikan dari objek adalah:
Ukuran terkait dengan kertas
- Kecil, cenderung berhati-hati,teliti, irit misal terhadap harta atau waktu.
- Besar, ambisius, cenderung melakukan kesalahan, berharap berlebih dari apa yang dimiliki.
Kualitas garis
- Goresan kuat, menunjukkan sisi agresi, pemenuhan diri.
- Goresan lembut, menunjukkan kehalusan, ketertutupan diri, ketenangan diri.
- Goresan berulang-ulang, menunjukkan keraguan, kecemasan.
Penempatan objek
- Bagian atas, pribadi independen, memiliki banyak dorongan dalam hidup.
- Bagian bawah, pribadi yang realistis, praktis, skeptis.
- Bagian tengah, pribadi yang dapat mengatur diri sesuai kemampuan dengan situasi sekitar, adekuat dalam perencanaan.
Detil objek
- Sedikit garis, hanya garis utama, pola pikir konseptual, memandang secara keseluruhan dan cenderung mengabaikan detil.
- Banyak garis dan detil, perhatian terhadap detil.
Penampakan gambar
- Tinggi, menunjukkan tinggi harapan, cara berpikir, besarnya ego.
- Penguatan bagian atas, ambisius, energik.
- Pendek melebar, menyenangi kestabilan, konsistensi, aturan dan keamanan.
- Tertiup angin, aktivitas, goyah, dorongan untuk bergerak.
Dasar
- Munculnya dasar tanah, indikator rasa aman dan perencanaan.
- Adanya tanah, digambarkan secara lembut, menunjukkan kebahagiaan.
- Digambarkan pada pot, menunjukkan pemberontakan, keinginan untuk berubah.
- Digambarkan di lembah, dorongan untuk diperhatikan.
Akar
Atau roots adalah dasar dari asosiasi
kepribadian subjek. Akar dapat diistilahkan sebagai id, fondasi awal
perkembangan subjek (terutama perkembangan seksual). Subjek yang lebih matang
menggambar akar dengan dua garis atau bahkan terkesan tiga dimensi (biasanya
dengan arsir). Ketidakadekuatan akar dapat berarti hambatan atau regresi pada
fase-fase awal perkembangan. Kuatnya akar menunjukkan subjek memiliki dorongan
id yang kuat yang harus dihadapi. Munculnya akar yang kuat dapat berarti
konflik atau kecemasan karena subjek harus mengekang dorongan itu yang
direpresentasikan dengan kuatnya gambar batang pohon.
Pangkal Batang
Sangat berhubungan dengan akar. Apabila
munculnya akar dan munculnya pangkal batang maka dilihat proporsi kemiringan
dari pangkal batang tersebut. Apabila ada kemiringan dalam pangkal batang
tersebut maka dapat dikatakan sebagai inhibisi atau hambatan dari fase awal
perkembangan pribadi.
Batang
Representasi batang adalah ego pribadi subjek.
Fase awal individu akan lebih menggambar batang dalam bentuk kerucut, dan pada
fase lebih dewasa gambar lebih proporsional, lurus dan serasi dengan penguatan
pada garis baik 2 garis maupun bentuk 3 dimensi. Kuatnya batang menunjukkan
penekanan akan ego, dorongan untuk menonjolkan diri, diakui termasuk aspek
emosional-afeksi. Perhatikan pula pada penggelembungan atau penebalan.
Penebalan berarti penimbunan dengan indikasi adanya hambatan. Terlalu kuatnya
garis atau tekanan pada batang menunjukkan agresi atau penekanan. Kecenderungan
untuk mendominasi sosial. Coretan yang bergelombang menunjukkan emosionalitas
dalam berhubungan sosial. Perhatikan juga apakah ada arsiran atau ornament
dalam batang, misalkan batang yang patah, lubang pada batang menunjukkan bahwa
subjek memiliki sesuatu dalam diri yang ingin disampaikan. Informasi tersebut
bisa berupa gangguan subjek dalam menjalin hubungan atau kecenderungan
intelektualitas subjek tinggi. Perhatikan representasi ornament batang dengan
batangnya itu sendiri.
Bayangan objek
Perhatikan bayangan objek bila ada.
Representasi bayangan terhadap objek adalah keadaan emosional yang ingin
disampaikan. Kualitas bayangan yang lembut, arsiran yang memadai menunjukkan
kepekaan terhadap sosial, namun apabila bayangan cenderung gelap dapat
merepresentasikan kecemasan.
Diantara batang dan mahkota daun terdapat
dahan. Dahan ini menunjukkan pesan psikis antara ego dengan super-ego.
Penekanan pada dahan berarti adanya perkembangan yang belum sempurna terhadap
sikap sehari-hari subjek dengan lingkungan. Apabila ada pemotongan dahan
berarti ada periode perkembangan yang berhenti menyangkut psikis.
Mahkota
Mahkota menunjukkan super-ego, penerimaan
individu terhadap norma dan aturan. Kemampuan menerima norma dilakukan sesuai
kapasitas intelektual subjek. Selain itu mahkota dapat digambarkan keterbukaan
atau ketertutupan yang menunjukkan sikap subjek dalam menerima lingkungan
sekitar apakah cenderung terbuka atau tertutup.
Wartegg Drawing Completion Test
Tes wartegg yang banyak dikenal di Indonesia
adalah versi Kinget. Pengembangan dari Kinget awal mula dikembangkan oleh
Krueger dan Sander dari Leipzig University dengan paham Ganzheit Psychologie
atau Wholistic Psychology. Pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig
Wartegg dan Kinget.
Tes ini yang terdiri 4 deret kotak di bagian
atas dan 4 deret kotak di bagian bawah dengan ukuran 1,5 x 1,5 inchi terdiri
dari pola tertentu berupa titik, garis lengkung, garis kaku dengan berbagai
pola.Menurut Kinget dengan 8 stimulus tersebut dapat memberikan sarana untuk
melakukan eksplorasi terhadap berbagai nilai yang relevan untuk melakukan
diagnosa terhadap subjek.
Menurut Sander, pola goresan tersebut dapat
merepresentasikan berbagai aspek yaitu:
- Emosi; pembedaan introversi dan ekstroversi.
- Imajinasi; perbedaan antara imajinasi kreatif dan penggabungan. Imajinasi penggabungan lebih didasarkan dari persepsi, penerimaan berbagai hubungan realitas yang ada dan imajinasi kreatif lebih ditekankan pada tidak ada hubungan antara realitas dengan fantasi pribadinya.
- Intelektual; perbedaan antara intelegensi spekulatif dan praktis. Intelegensi praktis lebih menekankan pada pola pikir sistematis, fakta, realitas konkret dan intelegensi spekulatif lebih menekankan pada prinsip daripada fakta dan teori-teori praktis.
- Aktivitas; perbedaan antara aktivitas dinamis dan terkontrol. Aktivitas dinamis merepresentasikan individu dengan kesiapan untuk mengeksplorasi, antusiasme, pemenuhan kebutuhan diri sementara aktivitas terkontrol menunjukkan lebih pada kestabilan dalam pilihan dan tindakan.
Ada tiga tahap penting untuk melakukan
interpretasi wartegg ini yaitu hubungan antar goresan dengan gambar, isi dari
gambar dan cara gambar dibuat atau dalam kuliah mungkin diajarkan sebagai tahap
Stimulus drawing relation, Content dan Execution.
Stimulus drawing relation
1. Titik; titik merupakan stimulus terkecil dan
mudah untuk terabaikan, namun karena posisi di tengah menjadikan mudah untuk
dilihat. Subjek dikonfrontir dengan masalah yang kurang signifikan terhadap
hal-hal yang dianggap penting. Munculnya respon terhadap titik berarti
munculnya sensitivitas; afektif-kognitif, situasi nyaman, secara emosi stabil,
spontan, sense of detail. Tidak adanya atau pengabaian pada titik berarti
perasaan terasing, ketegangan, rasa tidak aman, secara afeksi labil dan kurang
perhatian.
2. Wavy line; menyatakan sesuatu yang “hidup”.
Munculnya respon berarti harmoni, relaks, hubungan dengan sosial yang memadai.
Tidak ada respon yang adekuat berarti keterasingan, ketegangan dan kecemasan,
antagonis, tidak aman dan hambatan afeksi.
3. Tiga garis vertikal menaik; menunjukkan
kebiasaan, perintah atau kemajuan. Kepekaan respon berarti kesesuaian terhadap
fakta, intelegensi teoritis, pengaturan, kestabilan. Ketidakpekaan/respon
kurang memadai berarti kurang realistis, kurang aktif, tidak konsisten dan
rendahnya self-esteem.
4. Kotak hitam; menunjukkan solid, statis, kaku
dan kesannya “menekan”. Kepekaan respon berarti berpikiran faktual, kurangnya
respon berarti kurang realistik dalam berpikir (praktis).
5. Dua garis hampir menyilang; menunjukkan
konflik, dinamis, menunjukkan pola konstruktif/teknis. Kepekaan terhadap respon
berarti pola pikir faktual, teoritis, pengaturan, kompetitif dan ambisius.
Respon yang kurang peka berarti pola pikir praktis, kurang aktif, kurang
konsisten, pendiam.
6. Garis horisontal dan vertikal; garis kaku
yang saling mengkonfrontir. Kepekaan terhadap respon berarti pola pikir
faktual, teoritis, pengaturan, kompetitif dan ambisius. Respon yang kurang peka
berarti pola pikir praktis, kurang aktif, kurang konsisten, pendiam.
7. Setengah lingkaran dot; menunjukkan
kehalusan dan keluwesan. Kepekaan respon berarti kognitif afektif, teoritis,
pengaturan, relaks, interaksi sosial memadai, ketepatan dan detil. Respon
kurang peka berati keterasingan, tidak aktif secara sosial, ketegangan, kurang
perhatian.
8. Kurva; terkesan besar, santai, pemenuhan dan
mudah untuk merespon. Kepekaan respon berarti santai, hubungan sosial yang
memadai, kurang peka respon berarti keterasingan dan rasa tidak aman.
Corak dalam 8 kotak dapat dibagi dua, yaitu
berupa coretan maskulin dan coretan feminin. Coretan maskulin terdapat pada
kotak 3, 4,5,6 berupa garis kaku dan sisanya garis lengkung dapat menunjukkan
coretan feminine.
PERKEMBANGAN TES GRAFIS
Dalam satu dekade terakhir, pemeriksaan
psikologi mempunyai pengaruh besar pada kehidupan manusia
Indonesia. Kebanyakan dari mereka yang bersekolah, masuk perguruan tinggi,
melamar pekerjaan, ikut seleksi untuk menduduki jabatan tertentu, pernah
mengikuti suatu pemeriksaan psikologi.
Pemeriksaan psikologi yang mereka jalani tidak selalu sama, tergantung dari
tujuan pemeriksaan dan alat pemeriksaan yang digunakanpun berlainan. Misalnya
siswa Taman Kanak-kanak menjalani pemeriksaan psikologi agar dapat diketahui
kesiapan anak untuk mengikuti pelajaran di
Sekolah. Tes yang berbeda dipakai untuk siswa kelas I Sekolah Menengah Umum
yang bertujuan untuk menentukan apakah yang bersangkutan lebih sesuai untuk
jurusan A1, A2, A3 atau A4. Dengan semakin meningkatnya penggunaan jasa
psikologi dalam berbagai bidang, maka tidaklah mengherankan apabila muncul
banyak biro psikologi dan meningkatnya peminat untuk mengikuti pendidikan
psikologi karena psikologi kini dianggap sebagai lahan yang dapat memberikan penghasilan yang
layak.
Dalam hal tes grafis, para psikolognya sedikit demi
sedikit memang tidak memakai lagi tes grafis sebagai tes proyeksi, karena
teorinya sudah dianggap kuno (sekarang sedang eranya Kognitif), dan juga tidak
ada hasil-hasil penelitian yang menunjang validitasnya. Bahwa masih ada yang
senang memakainya, tentu saja demikian. Tetapi jumlah mereka makin sedikit. Di
University of Queensland misalnya, bagian psikologi klinisnya bahkan sama sekali tidak menggunakan
tes grafis lagi. Kalau pun ada rekan-rekan psikolog Indonesia yang merasa bahwa
tes itu masih valid, ya silakan saja. Tetapi sekali-sekali ujilah validitas itu
dengan penelitian yang baku. Jangan-jangan karena sudah keenakan (kebiasaan)
memakai tes itu, rasanya sudah paling valid saja, pada hal di luar sudah
bertumbuhan tes-tes baru yang jauh lebih valid. Kalau ada yang mengatakan bahwa
dokter tidak apa-apa kalau diambil stetoskopnya, itu tidak benar, karena tanpa
stetoskop dan alat rontgen, dia tidak bisa berbuat banyak seperti kalau ia
memakai alat-alat itu. Sebaliknya, psikolog sebetulnya tidak apa-apa juga kalau
alat tesnya diambil, karena ia bisa pakai alat yang lain, atau buat alat
sendiri.
3 komentar:
Referensinya apa?
Dari buku apa ya mas? Cz mau nyari..
.
Buku "Tes Grafis". Lupa nama penulisnya. Dulu sih nitip ke dosen.
Posting Komentar